Skip to main content

Menghargai waktu

Manusia adalah kumpulan hari hari, jika sudah berlalu hari, maka hilang juga bagian dari manusia.

Begitu pentingnya waktu, sehingga Allah menggunakan waktu dalam sumpahNya. Demi waktu dhuha, demi waktu malam dst menunjukkan betapa pentingnya waktu bagi manusia

Sudah semestinya manusia menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin
 Waktu diisi dengan aktivitas positif dan produktif.

Kalau kita melihat sejarah, kita dapat menemukan banyak contoh bagaimana para ulama terdahulu memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin. Memanfaatkan waktu adalah bagian dari tradisi yang tidak bisa dilepaskan dalam tradisi keilmuan. 

Salah satu dari mereka adalah sulaim bin ayyub ar razi. Ia termasuk orang yang sangat menghargai waktu, karena menyadari bahwa waktu adalah anugerah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Mengenai sulaim bin ayyub, abu farraj ghaitz bin ali at tanukhi menuturkan, "ia tidak membiarkan waktu yanh dimiliki berlalu barang sebentar tanpa ada gunanya sama sekali. Ia biasa menggunakan untuk menulis, belajar, membaca dan seterusnya"

Sulaim bin ayyub sangat jeli dalam memanfaatkan waktunya. Ketika tanganya melalukan sebuah aktivitas, maka anggota yang lainnya juga melakukan aktivitas yang lain. (prophetic learning: 76)

Begitulah ketika perasaan merasa diawasi Allah, maka tidak akan membiarkan waktu berlalu begitu saja. Setiap waktu haruslah membawa kemanfaatan dan produktivitas. Sambil mengerjakan pekerjaan rumah, kita bisa mendengarkan murotal, murojaah. Sambil berkendara kita bisa mengulang hapalan hapapalan yang sudah dapat kita kumpulkan. Sembari menidurkan anak anak, kita bisa murojaah, sembari mentalqin hapalan kepad mereka.  

Ketika kita mengeluhkan waktu yang sempit untuk murojaah, sebenarnya bukannya tidak ada waktu, tetapi kita kurang jeli dalam menangkap kesempatan-kesempatan waktu yang bisa dimanfaatkan. 

Ketika muncul rasa kemalasan dalam diri, yang menjadi penentu kita adalah fisik kita. Ketika sedang malas murojaah, maka segera mengambil al quran, membuka lembar demi lembarnya. Itulah yang bisa kita pahami dalam QS at taubah: 41 "berangkatlah kamu dalam leadaan merasa ringan atau berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu memgetahui". 


Comments

Popular posts from this blog

Berhenti menyalahkan keadaan

 Imam abu hatim rahimahullah pernah berkata "ketika sedang mencari hadis, keadaanku benar benar memprihatinkan, karena tidak mampu membeli sumbu lampu. Pada malam hari aku terpaksa keluar ke tempat ronda yang terletak di mulut gang. Aku belajar dengan menggunakan lampu penerangan yang dipakai oleh tukang ronda. Sebagai kompensasinya, terkadang kalau dia tidur, akulah yang menngantikannya jaga* Kondisi sempit, terbatasnya waktu bagi penghapal al quran maupun penuntut ilmu lainnya adalah penempa kesabaran. Benarlah perkataan imam syafii *seorang penuntut ilmu yang ingin memperbanyak ilmunya, ia wajib mengerahkan segenap jerih payahnya, sabar menghadapi segala kesulitan yang mengbadang, ikhlas kaarena Allah dalam mdncari ilmuNya, dan selalu memohon pertolongan Allah. 

Makna surat dalam Al Qur'an

Al Qur'an terdiri dari 114 surah, dibuka dengan surah al fatihah, ditutup dengan surah an-nas. Pernahkah terpikir oleh kita kenapa ada nama pada setiap surat?. Selama ini yang kita tahu, surah Al fatihah artinya pembukaan, surah al baqarah artinya sapi betina, dst. Pernahkah kita berpikir, apa makna surah itu sendiri? Banyak pendapat tentang makna surah. Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa kata surah berasal dari kata asarul ina yang artinya sisa air minum yang ada pada wadahnya. Dengan demikian bentuk asalnya adalah su-run (memakai hamzah) kemudian hamzah di takhfifkan, lalu diganti dengan wawu, mengingat harakat dhammah sebelumnya sehingga kata su-run menjadi surah. Surah disebut surah yang artinya sisa, karena pembahasan yang terdapat pada sebuah surah, "disisakan" untuk dibahas di surah yang lain. Sedangkan Al Quran adalah sebuah mata rantai pembahasan yang tidak terputus. Mari sejenak kita ambil beberapa contohnya. Al Qur'an dibuka dengan surah Al Fatihah,

Belajar pada guru-guru besar (part 1)

Ishaq bin Rahawaih Nama beliau adalah Ishaq Al-Hafidh Al-Faqih Ishaaq bin Ibrahim bin Makhlad bin Ibraahiim bin ‘Abdillah bin Mathar bin ‘Ubaidillah bin Ghaalib bin Al-Waarits bin ‘Ubaidillah bin ‘Athiyyah bin Murrah bin Ka’b bin Hammaam bin Asad bin Murrah bin ‘Amr bin Handhalah bin Maalik bin Zaid Manaat bin Tamiim. Kun-yah beliau adalah Abu Ya’quub, namun lebih dikenal dengan nama Ibnu Rahawaih. Adapun Rahawaih (رَاهَوَيه) merupakan laqab (julukan) ayahnya yang bernama Abul-Hasan Ibrahim. Laqab tersebut diberikan karena beliau lahir di jalan kota Makkah. ‘Jalan’ dalam bahasa Persia adalah Raah (راه), dan Waih (ويه) bermakna ‘menemukan’. Jadi seakan-akan beliau (ayah Ibnu Rahawaih) ditemukan di jalan. Banyak ulama besar yang menjadi muridnya, diantaranya Muhammad bin Ishaq, imam bukhori, imam muslim, imam at tirmidzi, imam abu dawud, dan imam an nasai’. Beliau juga mempunyai banyak karya, diantaranya Al-Musnad, Kitabut-Tafsir, Kitabul-‘Ilm. Beliau disebutkan menjadi sa