Memilih guru
Seorang penghapal Al Qur'an mutlak membutuhkan seorang guru. Hal tersebut agar sanad bacaannya dapat tersambung kepada Rasulullah. Selain itu, keberadaan seorang guru juga dapat meluruskan dari kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak disadari, seperti kesalahan harakat, kalimat yang terbalik, kurang, ataupun kesalahan yang lain.
Seorang penghapal Al Qur'an seyogyanya tidak berganti-ganti guru, sehingga ia menyelesaikan hapalannya dengan baik. Untuk itu, sebelum melakukan proses menghapal, mengenal siapa guru kita merupakan hal yang sangat penting. Al Hakim sebagaimana disebutkan imam az zarnuji dalam kitab ta'limul muta'alim pernah berkata "jika kamu pergi ke bukhara, jangan terburu-buru untuk pergi (berguru) ke banyak imam. Cobalah tinggal disana barang dua bulan, hingga kamu memikirkan dan memilih seorang guru. Sebab, jika kamu sudah pergi belajar kepada seorang alim, dan kamu langsung belajar kepadanya, bisa jadi kamu tidak tertarik dengan pelajarannya sehingga kamu meninggalkannya, dan pergi mencari (guru) yang lainnya, sehingga belajarmu tidak diberkahi".
Memikirkan siapa yang akan menjadi guru kita adalah bagian yang tidak kalah penting dalam proses menghapal Al Qur'an itu sendiri. Mengenal lebih jauh tentang sifat, karakter, serta umur guru (apakah lebih tua, seumuran atau lebih muda) akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya.
Mengenai sifat, Imam Malik pernah berfatwa bahwa ilmu agama tidak boleh diambil dari empat golongan: ”Pertama, Orang yang bodoh yang menampakkan kebodohannya meskipun ia banyak meriwayatkan dari manusia; Kedua, Pendusta yang ia berdusta saat berbicara kepada manusia, meskipun ia tidak dituduh berdusta atas nama (dalam hadits); Ketiga, Orang yang menurutkan hawa nafsunya dan mendakwahkannya; dan Keempat, Orang yang mempunyai keutamaan dan ahli ibadah, namun ia tidak tahu apa yang dikatakannya (yaitu tidak faqih)
Mengenai umur, imam az zarnuji mengatakan bahwa seyogyanya seorang penuntut ilmu (penghapal Al Qur'an) memilih guru yang paling berilmu, paling wara' dan paling tua, sebagaimana imam abu hanifah memilih hammad bin sulaiman sebagai gurunya. Tua menjadi point tersendiri, karena ternyata masalah umur bisa berpengaruh pada pola interaksi antara guru dan murid.
Comments
Post a Comment