Skip to main content

Makna surat dalam Al Qur'an

Al Qur'an terdiri dari 114 surah, dibuka dengan surah al fatihah, ditutup dengan surah an-nas. Pernahkah terpikir oleh kita kenapa ada nama pada setiap surat?. Selama ini yang kita tahu, surah Al fatihah artinya pembukaan, surah al baqarah artinya sapi betina, dst. Pernahkah kita berpikir, apa makna surah itu sendiri?

Banyak pendapat tentang makna surah. Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa kata surah berasal dari kata asarul ina yang artinya sisa air minum yang ada pada wadahnya. Dengan demikian bentuk asalnya adalah su-run (memakai hamzah) kemudian hamzah di takhfifkan, lalu diganti dengan wawu, mengingat harakat dhammah sebelumnya sehingga kata su-run menjadi surah.

Surah disebut surah yang artinya sisa, karena pembahasan yang terdapat pada sebuah surah, "disisakan" untuk dibahas di surah yang lain. Sedangkan Al Quran adalah sebuah mata rantai pembahasan yang tidak terputus. Mari sejenak kita ambil beberapa contohnya.

Al Qur'an dibuka dengan surah Al Fatihah, dari surah tersebut terbukalah surah-surah yang lain. Al Baqarah, Al Imrah, An Nisa hingga surah An Nash. Itu kenapa surah Al Fatihah disebut surah pembuka, karena surah ini adalah kunci terbukanya seluruh pembendaharaan Al Qur'an. 

Penutup surah Al fatihah berkaitan dengan beberapa hal, diantaranya (1) doa meminta petunjuk hidayah, (2) jalan orang-orang yang Allah beri nikmat, (3) jalan orang-orang yang dimurkai (4) jalan orang yang tersesat.

Maka ketika kita membuka surah Al Baqarah, maka akan kita dapati empat perkara yang disebut di dalam penutup surah al fatihah itu terjawab. Pertama, doa meminta petunjuk (ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰ⁠طَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ) "tunjukilah kami ke jalan yang lurus". Kemudian di surah Al Baqarah disebutkan 
(ذَ ٰ⁠لِكَ ٱلۡكِتَـٰبُ لَا رَیۡبَۛ فِیهِۛ هُدࣰى لِّلۡمُتَّقِینَ) "kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang yang bertaqwa". Al baqarah ayat 2 menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan petunjuk yang diminta berupa Al Qur'an, yang tidak ada keraguan di dalamnya.

Kemudian perkara kedua, didalam surat al fatihah disebutkan 
(صِرَ ٰ⁠طَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ "jalan orang-orang yang Kami beri nikmat kemudian surah Al Baqarah disebutkan siapa saja orang yang diberi nikmat itu, yaitu orang-orang yang bertaqwa. Bagaimana ciri-cirinya? Disebutkan
 (ٱلَّذِینَ یُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَیۡبِ وَیُقِیمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ یُنفِقُونَ) 
(وَٱلَّذِینَ یُؤۡمِنُونَ بِمَاۤ أُنزِلَ إِلَیۡكَ وَمَاۤ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡـَٔاخِرَةِ هُمۡ یُوقِنُونَ)
(أُو۟لَـٰۤىِٕكَ عَلَىٰ هُدࣰى مِّن رَّبِّهِمۡۖ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ)

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Mereka yang beriman kepada (al qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.

Mereka itu lah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itu lah orang-orang yan beruntung.

Kemudian dalam surah Al fatihah ayat 7 disebutkan 
 غَیۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَیۡهِمۡ)
 "bukan (jalan) mereka yang dimurkai, bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Lihat di surah Al Baqarah 6-7 
(إِنَّ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ سَوَاۤءٌ عَلَیۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا یُؤۡمِنُونَ)
(خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡۖ وَعَلَىٰۤ أَبۡصَـٰرِهِمۡ غِشَـٰوَةࣱۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِیمࣱ)

Orang-orang yang kafir, sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau tidak, mereka tak akan beriman.

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

Ayat tersebut menjelaskan siapa orang-orang yang dimurkai sebagaimana disebutkan dalam surah al fatihah. Kemudian penutup akhir surah al fatihah
 وَلَا ٱلضَّاۤلِّینَ
Bukan jalan orang-orang yang tersesat. Maka lihatlah surah Al Baqarah ayat 8-20. Menjelaskan tentang siapa orang yang tersesat itu.

Kemudian mari kita menengok pada lima surah terakhir dalam Al Quran. Di akhir surah al kafirun disebutkan
(لَكُمۡ دِینُكُمۡ وَلِیَ دِینِ)
"bagimu agamamu, bagiku agamaku"

Kemudian surah selanjutnya adalah surah an nashr yang artinya kemenangan. Ayat pertama disebutkan
(  إِذَا جَاۤءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ)
"jika datang pertolongan Allah dan kemenangan"

Mari sejenak merenung, "bagimu agamamu, bagiku agamaku". Kemudian disusul "jika datang pertolongan Allah dan kemenangan". Apa makna korelasinya?. Kemenangan dan pertolongan Allah akan hadir, ketika umat Islam sudah bangga dengan agamanya sendiri, tahu akan jati dirinya sendiri.

PR besar bagi umat ini. Kalau ingin pertolongan itu datang, maka jawabannya cuma satu, "bagimu agamamu, bagiku agamaku". Jelas identitas keislamannya. Tahu siapa kawan, siapa lawan. Tahu bagaimana bersikap, bertindak sesuai dengan tuntunan syariat. Tidak saling klaim kebenaran sendiri. Semua hal dilakukan atas bimbingan wahyu, bukan atas kehendaknya sendiri.

Kemudian di akhir surah an nashr disebutkan
(فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا)
"maka bertasbihlah kepada Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepadaNya. Sungguh Dia Maha penerima taubat"

Disusul dengan surah selanjutnya, Al Lahab.
تَبَّتۡ یَدَاۤ أَبِی لَهَبࣲ وَتَبَّ)
"binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasalah"

Jawaban bahwa kalau kita tidak mau
(فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ maka kebinasaan sebagaimana kebinasaan abu lahab dan istrinya. Maka ketika kita tidak mau binasa, jawabannya ada di surah selanjutnya. Surah Al Ikhlas.
 قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ "katakan (Muhammad) Dialah Allah yang Maha Esa". 

Kalau kita tidak mau celaka, maka kita harus bertauhid, dengan tauhid yang lurus, beraqidah benar, tidak dicampur-campur. Bangga dengan agama sendiri, tapi bukan bangga dengan arogansi. Bukankah Rasul selalu mengajarkan akhlak terbaik?.

Kemudian, setelah kita beraqidah yang lurus, maka ujian setelahnya adalah ujian yang datangnya dari luar. Karena nyatanya, meskipun kita sudah bertauhid, berbuat kebaikan, masih ada saja orang lain yang tidak suka terhadap kita, bahkan memberikan madharat kepada kita. Rasul saja punya banyak musuh, padahal Rasul adalah sebaik-baik manusia. Apalagi kita yang masih sering banyak khilaf. Maka jawabannya ada di surah selanjutnya. Surah Al falaq  dan surah An Nash.

Minta perlindungan kepada Allah dari kejahatan makhluk ciptaanNya, dari kejahatan penyihir yang meniup pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki. Perlindungan dari kejahatan setan yang tersembunyi, yang membisikkan kedalam dada manusia untuk berbuat kejahatan, baik setan dari golongan jin maupun manusia. 

Dan setelah kita meminta perlindungan kepada Allah, kita mengucapkan (ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ). Kembali lagi ke surah pertama dalam Al Qur'an. Al Qur'an dibuka dengan surah al fatihah, dengan dibukanya surah al fatihah terbukalah pembendaharaan al qur'an sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

Wallahu a'lam.
x

Comments

Popular posts from this blog

Memilih guru

Memilih guru Seorang penghapal Al Qur'an mutlak membutuhkan seorang guru. Hal tersebut agar sanad bacaannya dapat tersambung kepada Rasulullah. Selain itu, keberadaan seorang guru juga dapat meluruskan dari kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak disadari, seperti kesalahan harakat, kalimat yang terbalik, kurang, ataupun kesalahan yang lain. Seorang penghapal Al Qur'an seyogyanya tidak berganti-ganti guru, sehingga ia menyelesaikan hapalannya dengan baik. Untuk itu, sebelum melakukan proses menghapal, mengenal siapa guru kita merupakan hal yang sangat penting. Al Hakim sebagaimana disebutkan imam az zarnuji dalam kitab ta'limul muta'alim pernah berkata "jika kamu pergi ke bukhara, jangan terburu-buru untuk pergi (berguru) ke banyak imam. Cobalah tinggal disana barang dua bulan, hingga kamu memikirkan dan memilih seorang guru. Sebab, jika kamu sudah pergi belajar kepada seorang alim, dan kamu langsung belajar kepadanya, bisa jadi kamu tidak tertarik dengan pel...

Memancing keberkahan ilmu

Memancing berkahnya ilmu Barakah bisa bermakna "ziyaadatul khair" (bertambahnya kebaikan). Bertambahnya kebaikan atau keberkahan dalam hidup bisa berupa banyak hal. Namun seringkali makna barakah dipersempit hanya sebatas apa yang diinginkan, sehingga parameter yang dipakai adalah kuantitas belaka, bukan pada kualitas, dan kemanfaatan dari sesuatu yang berkah tersebut. Termasuk halnya dengan keberkahan ilmu, banyak orang yang mempersempit keberkahan ilmu sebatas pada mendapatkan pekerjaan yang layak, kehidupan yang mapan, bukan pada apakah ilmu itu mendekatkan pemiliknya kepada penciptanya. Syaikh utsaiman berkata, “Tanda keberkahan ilmu adalah) takutnya seseorang kepada Allah Ta’ala dan bertaubat (kembali) kepada-Nya. Jika ilmu tidak menumbuhkan (membuahkan) rasa takut kepada Allah Ta’ala, bertaubat kepada-Nya, bersandarnya hati kepada-Nya, dan memuliakan kaum muslimin, maka ilmu tersebut telah kehilangan berkahnya. Bahkan, bisa jadi orang tersebut akan menutup ama...

Mencari guru-guru terbaik

Suatu hari, salah seorang dari bani israil bertanya kepada nabi Musa alaihis salam. “adakah orang yang lebih alim darimu?”, nabi Musa menjawab “tidak ada”. Kemudian Allah memberitahu Nabi Musa bahwa ada orang yang lebih alim darinya, yaitu seorang hamba yang diberikan rahmat dan ilmu. Mufasirin menjelaskan berdasarkan hadis nabi, bahwa hamba yang dimaksud adalah nabi Khidir. Rahmat disini adalah wahyu dan kenabian, sedangkan yang dimaksud ilmu adalah ilmu tentang hal ghaib. Jawaban nabi Musa tidak hendak menyombongkan diri, tapi karena dalam perspesktifnya, hanya beliau insan yang bisa berbicara langsung dengan Allah, menanyakan perkara-perkara sebagaimana kisah tentang sapi betina yang diabadikan dalam QS. Al Baqarah 67-73. Maka permasalahan yang ditanyakan kepada Nabi Musa pastilah ada jawabannya, karena ketika nabi Musa tidak tahu, maka dia bisa bertanya langsung kepada Allah. Maka berangkatlah nabi Musa bersama muridnya bernama yusa’ bin nun (yang kemudian menjadi nabi setelah...